Pada waktu itu semuanya sudah terasa sulit, hampir saja putus harapan. Tak ada lagi yang dapat saya lakukan, dan semuanya sudah percuma. Semua perguruan tinggi sudah tidak membuka pendaftaran mahasiswa baru, dan terpaksa saya harus mendekap dirumah selama berbulan-bulan.
Tak banyak yang saya lakukan ketika berada di rumah, selain membantu orang tua dan mencoba mengembangkan bakat saya untuk di manfaatkan kepada orang lain.
Hari-hari saya terasa mati dan stagnan. Tak ada yang dapat saya lakukan untuk merubah masa depan ini. Hingga suatu hari saya memutuskan untuk mencoba membangkitan semangat dari dalam diri sendiri dan mencoba berfikir positif. "ciptakan seribu motivasi untuk membuat dirimu bangkit..."
Dari situ hari-hari saya digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang positif, saya awali mulai dari yang terkecil hingga yang besar. Setiap selesai sholat saya membaca al-Qur'an lengkap dengan artinya.
Hingga kejadian yang merubah masa depan saya berubah menjadi seperti ini. Saya mencoba mencari ayat-ayat al-Qur'an dari kelipatan 5 tiap surat, karena terlalu banyak akhirnya saya ubah ke kelipatan 10 per surat. Akhirnya pada surat an-nisa ayat 100 saya menemukan ayat yang merubah mindset, keberanian, dan seluruh hidup saya.
Merinding badan saya ketika membaca ayat tersebut lengkap dengan artinya.. sungguh bukan seperti biasanya, saya merasa disetrum dan seolah dicager seperti hape.
Ayat itu mengubah semuanya, saking kagum dengan ayat tersebut akhirnya ayat itu saya jadikan motto hidup dan sekaligus menjadi penyemangat. Sampe-sampe ayat tersebut saya tulis dan saya jadikan kaligrafi pada dinding rumah, tulisan tersebut sampai sekarang masih tertulis jelas. Hingga keajaiban tuhan itu datang, tuhan mengirimkan jalan melalui perantara makhluknya.
Pagi itu sungguh tidak disangka, kakak kelas yang dulu PKL di tempat kami berkunjung silaturahmi kerumah. Momentum ini saya manfaatkan untuk bertanya tentang perkuliahan dan beasiswa di Yogyakarta dimana tempat beliau kuliah.
"Teh.. kalo beasiswa di jogja banyak gak sih.." tanyaku.
"Oh.. banyak, asal kita mau cari aja. ya dikampus teteh juga ada.." Jawab Teh Syifa.
Hasil percakapan tersebut tidak saya sia-siakan, dengan begitu akhirnya saya tanyakan alamat beliau dengan lengkap dan saya catat betul perjalanan ke jogja naik apa dan ongkosnya berapa, tak lupa saya juga bilang bahwa "teh insya allah saya nyusul kesana.."
Dengan bermodal alamat lengkap tersebut, serta keberanian yang saya miliki, akhirnya saya beranikan untuk ngomong ke orang tua.
"Bu.. amir mau kuliah.. kuliahnya ke Jogja. disana banyak beasiswa.." Ucapku.
"Heh.. jauh amat. nek saha nu nga biayaan??" - (Jauh sekali, mau siapa yang membiayai) jawab Ibu.
Saya coba meyakinkan ibu yang seolah tidak percaya dengan keputusan ini.
"Bu.. yang penting Amir bisa ke Jogja saja sudah cukup, nanti kalau disana gak dapat kuliah ya terserah, amir mau kerja atau apa kek... yang penting ibu mau ngasih ongkos berapa buat berangkat kesana?".
Walaupun dengan berat hati, Ibu akhirnya merelakan saya pergi. Tak lupa ibu memberi uang 500rb untuk berangkat ke Yogyakarta.
Bersambung.....
Bersambung.....
ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic