Terima Kasih Heni… #4

Suasana pagi yang begitu cerah dan udara yang sejuk begitu terasa. Pagi itu Hamzah baru selesai melakukan rutinitasnya untuk olah raga. Olah raga itu bagian yang penting dan tak dapat ia tinggalkan, sebab al’aqlu salaim fii jismi saliim.. akal yang sehat terdapat pada jiwa yang kuat.

Setelah keringat kering, barulah Hamzah mandi pagi untuk bersiap masuk sekolah. Selesai mandi, ia langsung mengenakan seragam coklat-coklat, maklum hari ini seragamnya pramuka.

Setiap hari, anak-anak putri melewati asrama putra. Sebab letak ruang kelas berada di ujung sana. Otomatis kalau mau sekolah harus melewati depan asrama putra.

Ketika itu Hamzah mengamati setiap anak putri yang lewat satu persatu di balik jendela kamarnya. Jendela itu tepat di samping lemarinya, jadi bisa sepuasnya berda di sana, menyaksikan kaum hawa berangkat ke sekolah.

Ketika sedang menyaksikan anak-anak putri itu melewati asrama, tiba-tiba mata Hamzah tertuju pada satu sosok. Matanya tak bisa berkedip, jantungnya berdebar-debar kencang, perasaannya seolah tak karuan, campur aduk antara percaya dan tidak.

Heni, yang kemarin diperbincangkan dengan Mak Aam ketika di dapur, ternyata mengenakan bros mungil berbentuk bunga mata hari. “Itu tandanya berarti??.." Hamzah begitu bahagia dan langsung lari menuju luar kamar sambil berteriak "Yes !!”

Sontak saja aksi yang dilakukan Hamzah mengundang tawa dari orang yang menyaksikannya. Ketika Hamzah mengatakan kata “Yes !!" Heni pun, terlihat senyum dengan bibir mungilnya.

Sejak saat itu Hamzah dan Heni sering adu pandangan, biasanya tidak lama. Bahkan bisa dikatakan hanya sepersekian detik, Hamzah yakin anak-anak itu tidak tahu. Dan selama itu pula Mereka tidak pernah berani untuk bertemu empat mata.

Menatap matanya dan menyaksikan kehadiran Heni di asrama bagi Hamzah sudah cukup. Lain halnya jika Heni pulang, entah karena sakit atau ada keperluan keluarga, rasanya sepi dan ada sesuatu yang hilang. Itulah gambaran perasaan Hamzah untuk Heni.

Inilah kisah cinta Hamzah dan Heni yang bisa dikatakan dengan cinta rahasia. Rahasia ini hanya diketahui Heni, Hamzah, Mak Aam dan Allah. Semoga semuanya baik-baik saja.

Kenapa semua ini dirahasiakan? Sebab jika tidak dirahasiakan maka reputasi Hamzah sebagai Pengurus dan Heni sebagai orang yang baik (tidak nakal/tidak melanggar peraturan) asrama yang sudah dibuat.

Secara teknik, jelas cara yang Hamzah gunakan begitu bersih dan tidak bisa dilacak oleh siapapun. Karena tidak ada barang bukti. Adapun bros, bisa saja Heni cukup mengatakan benda itu dapat di kasih dari Mak Aam.

Hamzah tidak pernah mengirimkan sepotong tulisan, surat, atau apapun. Tujuannya untuk menghindari masalah. Sebab kalau sudah pemeriksaan kamar dan ditemukan barang bukti tulisan, bisa berabe dan pastinya jadi masalah. Belum lagi nanti di cap jelek dan masuk catatan buku hitam.

Hamzah ingin semuanya bersih. Kirim-kirim tulisan hanya dilakukan kala liburan tiba. Sebelum pulang biasanya Hamzah meletakkan buku merah disalah satu tempat, setelah itu tinggal bilang ke Heni untuk mengambilnya. Kalau tidak di titip ke Mak Aam, nanti Mak yang ngasih ke Heni.

Semua itu mereka jalani hampir kurang lebih dua tahun lamanya. Namanya juga hubungan, pasti ada masalah. Terlebih Heni itu cantik, dan banyak yang menyukainya. Tak jarang juga surat-surat yang ditemukan ketika razia kamar. Surat itu kebanyakan akan ditujukan untuk Heni.

Menyikapi hal ini, Hamzah hanya bisa bersabar dan mengingatkan Heni untuk mengingatkan akan komitmen yang sudah dibangun. Hingga suatu hari kabar yang tidak baik itu datang..

Bersambung…

Previous
Next Post »
Thanks for your comment